Keluarga dan Aktivitas


Rabu, 06 Februari 2008

Psikologi Islami, rahmatan lil alamin


Ada beberapa pandangan khas mengenai psikologi Islami. Menurut Mujib, A. (1999), Fuad, N. (1994). Bastaman, HD. (2001), Mubarok, A. (2002) dan Faqih, A. (2006) psikologi Islami sebagai mazhab kelima psikologi setelah psikoanalisis, behavioristik, humanistik, dan transpersonal, mempunyai beberapa pandangan khas mengenai manusia.
Pertama, mempercayai bahwa secara alamiah manusia itu positif (fithrah), baik secara jasadi, nafsani (kognitif dan afektif) maupun ruhani (spiritual).
Kedua, mengakui bahwa salah satu komponen terpenting manusia adalah qalbu. Perilaku manusia bergantung pada qalbunya. Disamping jasad, akal, manusia memiliki qalbu. Dengannya manusia dapat mengetahui sesuatu (di luar nalar), berkecenderungan kepada yang benar dan bukan yang salah (termasuk memiliki kebijaksanaan, kesabaran), dan memiliki kekuatan mempengaruhi benda dan peristiwa. Pandangan Psikologi Islam tentang qalbu termasuk yang khas dan berbeda bila dibandingkan dengan psikologi barat yang hampir selalu menjelaskan sesuatu dengan otak (proses kognisi).
Ketiga, mempercayai bahwa arah pergerakan hidup manusia secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu taqwa dan fujur. Manusia diciptakan dalam keadaan positif dan ia dapat bergerak ke arah taqwa. Bila manusia berjalan lurus antara fitrah dan Allah, maka ia akan menjadi taqwa (sehat, selamat). Bila tidak lurus antara fithrah dan Allah, maka ia akan berjalan ke pilihan yang sesat (fujur). Secara fithrah manusia diciptakan dengan penuh cinta, memiliki cinta, namun ia dapat berkembang ke arah parsangka dan agresi. Tugas Psikologi Islami adalah agar manusia selalu lurus dengan fithrahnya.
Keempat, mempercayai bahwa manusia adalah unik. Quraish Shihab menyebutnya sebagai khalqan akhar. Beliau merujuk pada dua ayat dalam Alquran yaitu QS 17:21 dan QS 6:165.
Kelima, psikologi islami dibangun berdasarkan nila tertentu, bukan netral etik. Gagasan tentang ilmu yang netral etik adalah khayalan belaka, seperti dikemukakan oleh Gunnar Myrdal. Setiap ilmu berangkat dari nilai-nilai dan mengembangkan nilai-nilai. Demikian, secara singkat telah diutarakan mengenai konsep manusia dari sudut pandang psikologi islami, sebagai bahan pengantar memahami Psikologi Islami.

Tidak ada komentar: