Keluarga dan Aktivitas


Sabtu, 09 Februari 2008

Kepemimpinan Prophetic 1


Bismillahirrahmanirrahiem.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah"
(QS. AL-Ahzab; 21)

Kepemipinan prophetic belum banyak dibicarakan dan apalagi ditelti secara mendalam. Di dunai barat, beberapa kajian kepemipinan prophetic telah dilakukan, diataranya oleh John (1998) yang menyatakan bahwa kepemimpinan prophetic terdapat dalam masyarakat religius. Kepemimpinan prophetic lahir dari dunia kristen dan telah lama hadir dan berkebang dalam masyarakat Kristiani sejak 3.000 tahun yang lalu yang dibawa oleh nabi Samuel. Kemudian kepemimpinan prophetic dirasakan sangat bermanfaat bagi individu dan kelompok, tidak hanya secara fisik namun juga secara psikologis dan spiritual. Selanjutnya, Shafer (2005) menyatakan konsep kepemimpinan prophetic itu dikembangkan oleh Dewan Gereja Nasional (NCC) untuk mengatasi permasalahan kemanusiaan.

Kepemimpinan prophetic dilandasai oleh proses kematangan keberagamaan seseorang. Menurut Hasan (2004) kematangan beragama seseoarang berpengaruh pada kearifan dalam mengatasi berbagai masalah, dan sanggup mengoreksi diri sendiri dan selalu mendengar suara hari nuraninya yang paling dalam. Agama dan Spiriualitas bersumber dari keimanan sebagai potensi rohani yang teraktualisasi dalam amal-amal saleh, baik dalam ibadah, moral, kepedulian sosial, sehinga terwujud kesalehan hidup (individu maupun sosial). Agama menghasilkan tumbunya kepribadian yang religius dan berakhlaqul karimah, sehingga kualitas diri yang dimiliki tersebut diimbangi dengan ketahanan mental dan kemakmuran spiritual handal. Tidak itu saja, orang lain akan merasakan adanya ketentaraman dan kedamaian bila bersamanya.

Berbicara mengenai prophetic tak lepas dari kenabian dan kerasulan. Sebagaimana dalam kamus yang dikarang oleh Echols dan Shadily (1996) bahwa prophetic berasal dari kata prophet yang berarti nabi atau rasul. Prophetic sendiri berarti bersifat kenabian. Jadi kepemimpinan propketic adalah kepemimpinan bersifat kenabian. Nabi dan Rasul adalah seseorang laki-laki yang mendapatkan wahyu dari Allah SWT dan bertugas menyebar luaskannya kepada ummat manusia. Dalam ajaran Islam, Nabi dan rosul keberadaannya harus diyakini sebagaimana yang terdapat rukun iman yang ke-4. Nabi dan rasul sebelum diangkat menjadi nabi memiliki ciri-ciri kenabian (nubuwwah) yang disebut juga dengan irhash. Seperti Nabi Muhammad SAW sejak kecil terkenal dengan akhlak yang mulia dengan sebutan al-amin (terpercaya). Menurut Hasan (2004):

Dalam konteks Islam: para rasul dan nabi adalah merupakan figur manusia seutuhnya. Mereka adalah orang yang mempunyai: basthotan fi al-`ilmi wa al-jismi, qalbun salim, qowiyyu amin, hafizhun `alim, shiddiq, amanah, tabligh, fathonah, shobur, uswatun hasanah, `abid dan sebagainya. Mereka dalam melakukan dakwah, bukan hanya memberikan mau`izhoh hasanah (pelajaran yang baik) , tetapi juga memberikan uswah hasanah (contoh dan tauladan yang baik).

Secara umum terdapat empat sifat para nabi dan rasul Allah SWT terutama diwarisi oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana diungkap oleh At-Tuwajiri (2007), Moejiono (2002) dan Hasan (2004) berikut:

a. Siddiq (benar). Siddiq berarti benar dan perkataan dan perbuatan. Mustahil seorang nabi dan rosul adalah seorang pembohong yang suka berbohong.

Implemenatsi: konsisten pada kebenaran, baik dalam ucapan, sikap maupun perilaku.

b. Amanah (terpercaya). Amanah artinya terpercaya atau dapat dipercaya. Mustahil seorang nabi dan rosul adalah seorang pengkhianat yang suka khianat.

Implementasi: Kejujuran, integritas moral, komitmen pada tugas dan kewajiban.

c. Fathonah (cerdas/bijaksana). Fathonah adalah cerdas, pandai atau pintar. Mustahil jika seorang nabi dan rosul adalah seorang yang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

Implementasi: kecerdasan penalaran, kesanggupan menangkap berbagai realitas dan fenomena yang dihadapi.

d. Tabligh (menyampaikan/transparansi). Tabligh adalah menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah SWT kepada orang lain. Jadi mustahil jika seorang nabi dan rosul menyembunyikan dan merahasiakan wahyu / risalah Alaah SWT. Implementasi: mempunyai kemampuan mobilitas fisik dan kepedulian sosial yang tinggi.

Ari Ginanjar Agustian (2002) pengarang buku best seller: ”Rahasia Sukses Menbangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam” memberikan kriteria kepemimpinan prophetic yang bersumber dari rukun iman ke-4 (beriman pada nabi dan rasul), yaitu: 1) mencintai dan memberikan perhatian. 2) terpercaya dan memiliki integritas. 3) membimbing dan mengajari pengikutnya. 4) berkepribadian dan konsisten. dan 5) memimpin berlandaskan hati yang fitrah (asmaul husna). Senada dengan itu, Hasan (2004) menyatakan bahwa seseorang yang menjadi khalifah (pemimpin) haruslah menanamkan dan mengaktualisasikan sifat-sifat Allah (asmaul husna) dalam dirinya.

Dalam kesempatan ini, penuls hanya menghususkan pada kepemimpinan nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagai terobosan penciptaan konsep baru dan juga dikarenakan konsep dan hasil penelitian kepemimpinan prophetic belum banyak ditemukan. Di dalam buku Muhammad The Super Leader Super Manager, Antino (2007) mencoba melihat Rasulullah SAW dengan kaca mata baru yang lebih luas yaitu bukan saja mengakui Rasulullah SAW sebagai nabi dan rasul tetapi juga menempatkannya sebagai pemilik traits of leadership dan models of management. Traits of Leadership Rasulullah SAW terdiri atas delapan bidang utama yaitu: Self development atau personal leadership, bisnis dan kewirausahaan, kepemimpinan keluarga, dakwah, sosial dan politik, pendidikan, sistem hukum, dan strategi militer. Tindak lanjut dari buku tersebut Antonio (2008) membuka pelatihan Prophetic Leradership dan Management Centre yang diarahkan untuk mengembangkan konsep kepemimpinan prophetic dan menerapkannya dalam buku yang berjudul Prophetic & Leadership Management atau disingkat ProLM.

Sanaky (2003) mengemukakan kemampuan kepemimpinan yang dimiliki nabi Muhammad SAW, yaitu memimpin diri sendiri, kemampuan manajerial, konsep relasi, visinya – Al-Qur’an, bersikap tawadhu, dan memilki 4 sifat: siddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan apa adanya) dan fathonah (pandai). Selanjutnya, dalam situs http://organisasi.org/sifat_sifat_nabi_dan_rosul, (2006) dinyakan bahwa nabi Muhammad SAW memiliki kualitas maksimum sebagai pemimpin, diantaranya: mampu melihat ke depan, mendelegasikan kekuasaan kepada orang lain yang mampu, memandang penting orang lain, memajukan bakat intelektual, emosional dan praktis, tidak meminta ketaatan buta, bersahaja dan rendah hati, bermartabat dan sangat memperhatikan pengelolaan sumber daya manusia.


Tidak ada komentar: