Keluarga dan Aktivitas


Rabu, 06 Februari 2008

Kiblat itu telah pindah!



Bismillahirrahmanirrahiem.
Berawal dari Firman Allah SWT. dalam Al-Qur`an surat Fushilat ayat 53 yang terjemahannya sebagai berikut:


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi (kosmologi) dan pada diri mereka sendiri (psikologi), hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur`an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS. Fushilat ayat 53) Kini kiblat Psikologi tidak lagi di Barat.

Saat ini perkembangan psikologi mengarah pada Indigenous Psychology (Psikologi Pribumi), dimana masing-masing negara mempunyai karakteristik budaya yang berbeda, sehinga perlu penanganan psikologi secara khusus yang memahami keunikan budaya tersebut. Di wilayah Timur, perkembangan Psikologi Islami tidak kalah gesitnya bangkit mengatasi permasalahan manusia secara paripurna. Psikologi Islami merupakan mazhab ke lima dalam psikologi setelah aliran Transpersonal, kini menjadi satu mainstrim baru kebenaran teori dan pilihan utama untuk mengatasi permasalahan kemanusian sepanjang jaman.

Embrio terlahirnya Psikologi Islami telah di mulai di beberapa negara Islam. Gerakan ini berawal ketika Malik B Badri, seorang psikolog dari sebuah negara di Afrika, menerbitkan buku The Dilema of Moslem Psychologys pada tahun 1979. Buku yang mengkritik secara tajam psikologi Barat ini telah mendapat sambutan yang luar biasa dan menjadi peluang bagi bangkitnya disiplin ilmu psikologi Islami. Kalau kita kaji lebih jauh, psikologi selama ini seperti kehilangan ruhnya. Menurut Malik Badri (2001), a psychology without soul studying a man without soul. Selama ini dimensi dalam ilmu psikologi yang hanya menekankan pada dimensi ragawi (fisik-biologis), jiwa (psikologis), dan lingkungan (sosiokultural). Ini terasa kurang begitu mengena dalam meneropong manusia sebagai makhluk yang memiliki kompleksitas. Sehingga dalam kajian psikologi Islami ditambahlah dengan dimensi ruhani (spiritual). Bahkan menurut Faqih, A. (2002) Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO) pada tahun 1984 telah menambahkan satu dimensi lagi untuk melihat orang sehat yaitu dimensi spiritual. Oleh American Psychiatric Association ini diadopsi dengan paradigma pendekatan bio-psycho-socio-spiritual.

Tidak ada komentar: